1.Teori Warna
Warna dapat didefinisikan sebagai bagian dari pengalamatan indera
pengelihatan, atau sebagai sifat cahaya yang dipancarkan. Proses terlihatnya
warna adalah dikarenakan adanya cahaya yang menimpa suatu benda, dan benda
tersebut memantulkan cahaya ke mata (retina) kita hingga terlihatlah
warna. Benda berwarna merah karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan
warna merah dan menyerap warna lainnya. Benda berwarna hitam karena sifat
pigmen benda tersebut menyerap semua warna. Sebaliknya suatu benda berwarna
putih karena sifat pigmen benda tersebut memantulkan semua warna. Teori dan
pengenalan warna telah banyak dipaparkan oleh para ahli, diantaranya sebagai
berikut:
a. Teori Newton (1642-1727)
Pembahasan mengenai keberadaan warna
secara ilmiah dimulai dari hasil temuan Sir Isaac Newton yang dimuat dalam
bukunya “Optics”(1704). Ia mengungkapkan bahwa warna itu ada dalam cahaya.
Hanya cahaya satu- satunya sumber warna bagi setiap benda. Asumsi yang
dikemukan oleh Newton didasarkan pada penemuannya dalam sebuah eksperimen. Di
dalam sebuah ruangan gelap, seberkas cahaya putih matahari diloloskan lewat lubang
kecil dan menerpa sebuah prisma. Ternyata cahaya putih matahari yang bagi kita
tidak tampak berwarna, oleh prisma tersebut dipecahkan menjadi susunan cahaya
berwarna yang tampak di mata sebagai cahaya merah, jingga, kuning, hijau, biru,
nila, dan ungu, yang kemudian dikenal sebagai susunan spektrum dalam cahaya.
Jika spektrum cahaya tersebut dikumpulkan dan diloloskan kembali melalui sebuah
prisma, cahaya tersebut kembali menjadi cahaya putih. Jadi, cahaya putih
(seperti cahaya matahari) sesungguhnya merupakan gabungan cahaya berwarna dalam
spektrum.
Newton kemudian menyimpulkan bahwa
benda- benda sama sekali tidak berwarna tanpa ada cahaya yang menyentuhnya.
Sebuah benda tampak kuning karena fotoreseptor (penangkap/penerima cahaya)
pada mata manusia menangkap cahaya kuning yang dipantulkan oleh benda tersebut.
Sebuah apel tampak merah bukan karena apel tersebut berwarna merah, tetapi karena
apel tersebut hanya memantulkan cahaya merah dan menyerap warna cahaya lainnya
dalam spektrum.
Cahaya yang dipantulkan hanya merah,
lainnya diserap. Maka warna yang tampak pada pengamat adalah merah. Sebuah
benda berwarna putih karena benda tersebut memantulkan semua cahaya spektrum
yang menimpanya dan tidak satupun diserapnya. Dan sebuah benda tampak hitam
jika benda tersebut menyerap semua unsur warna cahaya dalam spektrum dan tidak
satu pun dipantulkan atau benda tersebut berada dalam gelap. Cahaya adalah
satu-satunya sumber warna dan benda-benda yang tampak berwarna semuanya
hanyalah pemantul, penyerap dan penerus warna-warna dalam cahaya.
b.
Teori Young (1801) dan Helmholtz (1850)
Seorang ahli penglihatan Jerman
Hermann von Helmholtz menghidupkan dan menjelaskan kebenaran teori Young. Hasil
usaha bersama ini kemudian terkenal dengan “Teori Young-Helmholtz” atau “Teori
Penglihatan 3 Warna” atau “Teori 3 Reseptor”. Melalui ketiga reseptor pada
retina mata kita dapat melihat semua warna serta membeda- bedakannya. Jika
cahaya menimpa benda, maka benda tersebut akan memantulkan satu atau lebih
cahaya dalam spektrum. Jika cahaya yang dipantulkan tersebut menimpa mata, maka
reseptor- reseptor di retina akan terangsang salah satunya, dua, atau ketiganya
sekaligus. Jika cahaya biru sampai ke mata, reseptor yang peka birulah yang
terangsang, dan warna yang tampak adalah biru. Jika reseptor hijau yang
terangsang, maka warna yang tampak adalah hijau, dan kalau reseptor merah yang
terangsang warna yang tampak adalah merah.
Hasil experimen Maxwell menyimpulkan
bahwa warna hijau, merah dan biru merupakan warna- warna primer (utama)
dalam pencampuran warna cahaya. Warna primer adalah warna- warna yang tidak
dapat dihasilkan lewat pencampuran warna apapun. Melalui warna- warna primer
cahaya ini (biru, hijau, dan merah) semua warna cahaya dapat dibentuk
dan diciptakan. Jika ketiga warna cahaya primer ini dalam intensitas maksimum
digabungkan, berdasarkan eksperimen 3 proyektor yang didemonstrasikan Maxwell,
maka ditunjukkan gambar diatas.
Eksperimen Maxwell merupakan model
atau tiruan yang bagus sekali untuk memudahkan pemahaman kita tentang bagaimana
reseptor mata menangkap cahaya sehingga menimbulkan penglihatan berwarna di
otak.
Pencampuran warna dalam cahaya dan
bahan pewarna menunjukkan gejala yang berbeda. Sekalipun begitu, dengan
memperhatikan hasilnya secara seksama pada pencampuran masing- masing warna
primer, dapatlah diperkirakan adanya suatu hubungan yang saling terkait satu
sama lain. Warna kuning dalam cahaya ternyata dapat dihasilkan dengan
menambahkan warna cahaya primer hijau pada cahaya merah. Cara menghasilkan
warna cahaya baru dengan mencampurkan 2 atau lebih warna cahaya disebut
“pencampuran warna secara aditif” (additive= penambahan). Warna- warna
utama cahaya (merah, hijau, biru) selanjutnya kemudian dikenal juga
sebagai warna- warna utama aditif (additive primaries). Pencampuran
warna secara aditif hanya dipergunakan dalam pencampuran warna cahaya.
Hasil
pencampuran warna ini menunjukkan gejala yang berbeda bidang pencampuran warna
seperti pada cat. Dengan pencampuran bahan pewarna (cat) warna cat merah dapat
dihasilkan dengan mencampur cat warna primer magenta dan cat warna primer
yellow. Mencampurkan 2 atau lebih cat berwarna pada hakekatnya adalah
mengurangi intensitas dan jebis warna cahaya yang dapat terpantul kembali oleh
benda/cat tersebut. Pencampuran warna serupa ini dengan menggunakan pewarna/cat
kemudian disebut dengan pencampuran warna secara substraktif (substractive=
pengurangan). Warna- warna utama dalam cat/bahan pewarna kemudian lazim disebut
dengan warna-warna utama /primer substraktif (substractive primaries).
0 komentar:
Posting Komentar